Photo by liburananak.com
Buton adalah pulau di “kaki” Sulawesi, bertetangga dengan Pulau Muna, masuk dalam provinsi Sulawesi Tenggara. Mengalami masa kerajaan, kemudian kesultanan. Enam raja dan 38 sultan. Saat itu Buton bernama Wolio.
Masa kerajaan Buton berlangsung dari awal abad ke-14 sampai abad ke-16 dengan raja pertama Raja Putri Wa Kaa Kaa, dilanjutkan putrinya, Putri Raja Bulawambona. Pengaruh Hindu kental pada masa ini, serta sedikit Buddha dan Islam.
Mulai abad ke-16 hingga tahun 1960, Buton adalah kesultanan. Sultan Murhum Kaimudin Khalifatul Khamis yang merupakan Raja Buton ke-6 menjadi sultan pertama Buton. Bertepatan dengan 1 Ramadhan 948 Hijriyah (1540 M) dia mengubah sistem kerajaan menjadi kesultanan.
Sultan Murhum ini dianggap pahlawan bagi rakyat Buton setelah menumpas bajak laut si mata satu yang terkenal kejam, La Bolontio. Dia juga berhasil mendamaikan dua kerajaan yang lama bertikai, Mekongga dan Konawe, dalam waktu delapan hari delapan malam. Murhum pun disegani raja-raja di Nusantara kawasan timur.
Murhum memerintah sebagai raja selama 20 tahun dan sebagai sultan selama 26 tahun. Pada masanya, dia menjadikan kesultanan Buton sebagai pusat syiar Islam
Pulau Buton yang dikenal sebagai tempat lalu lintas perdagangan laut beserta produksi aspalnya juga kerap menjadi lokasi transit para traveller yang hendak mengunjungi Wakatobi yang berada dalam satu provinsi. Pantai-pantai cantik berhamparan di pulau dengan situs sejarah yang terpelihara ini yang tentunya menjadi unsur terkuat keindahan Pulau Buton.
Untuk mencapai Pulau Buton, biasanya wisatawan menyambangi dahulu Kendari ataupun Makassar. Lalu wisatawan bisa menjangkau untuk menikmati keindahan Pulau Buton dengan menaiki kapal yang rata-rata akan menghabiskan waktu tempuh sekitar 5 jam. Sedangkan jika berangkat dari Makassar waktu perjalanannya sekitar 13 jam.