Photo by liburananak.com

About Kraton Kasunanan Surakarta

Jalan-jalan ke Solo tidaklah lengkap jika tidak mengunjungi Keraton Solo. Pasalnya, Keraton Solo merupakan sebuah poin penting kota Solo yang menyimpan banyak sekali cerita sejarah di dalamnya. Selain berkunjung ke Keratonnya, Sobat Pesona juga bisa berkunjung ke Museum Keraton Solo. Di sana kita akan menemukan beragam benda pusaka dan peninggalan-peninggalan dari Keraton Solo.

Sejarah Keraton Solo dimulai dari Pemberontakan Tarunajaya pada tahun 1677 meruntuhkan Kesultanan Mataram, sehingga Sunan Amral memindahkan ibukotanya ke Kartasura. Orang-orang Tionghoa yang mendapatkan dukungan dari orang-orang Jawa anti VOC (pemerintah Belanda), menyerang Keraton Mataram yang dipimpin Pakubuana II.

Kerajaan Mataram yang terletak di Kartasura itu mengalami keruntuhannya. Beberapa tahun kemudian, Kota kartasura berhasil direbut kembai berkat bantuan dari Adipati Cakraningrat IV, sekutu VOC yang menguasai Madura Barat. Namun Kerajaan mataram sudah dalam keadaan rusak parah.

Pakubuana II yang menyingkir ke wilayah Ponorogo, memutuskan membangun sebuah istana baru di Desa Sala, sebagai ibukota Kerajaan Mataram yang baru. Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Mangkuyudha dan Tumenggung Hongowongso, juga komandan pasukan Belanda, Van Hohendorff, untuk mencari lokasi Keraton yang baru.

Pada tahun 1745 dibangunlah kerton baru 20 Km ke arah tenggara dari Kartasura, tepatnya di Desa Sala di tepi Bengawan Solo. Pusat pemerintahan baru ini di beri nama Surakarta. Menurut catatan, pembangunan Keraton ini menggunakan bahan kayu jati dari hutan Wonogiri kawasan Alas Kethu, dan kayunya dihanyutkan melalui aliran air Bengawan Solo. Tanggal 17 Februari 1745, secara resmi keraton mulai ditempati.
Sejarah Keraton Solo mencatat, saat masa pemerintahan Sunan Pakubuana III dan Pangeran Mangkubumi, terlibat sengketa di Kesultanan Mataram. Sehingga keduanya membuat sebuah perjanjian dengan Pemerintah Belanda pada 13 Februari 1755. Isi perjanjiannya menyepakati bahwa Kesultanan Mataram, dibagi menjadi dua wilayah Kesultanan, yaitu Yogyakarta dan Surakarta.Perjanjian itu dinamakan Perjanjian Giyanti. Dari hasil perjanjian Giyanti lahirlah sebuah kerajaan di Jawa Tengah, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Umumnya Kasunanan Surakarta tidak dianggap sebagai pengganti Kesultanan Mataram. Walaupun rajanya masih keturunan Raja Mataram. 

You need to Login or Register to post a review


Recommended Hotels & Restaurants


You need to Login or Register to ask a questions


You might also like this place

Download Our Apps