Photo by liburananak.com

About Smarch Architecture

Meski terdengar sulit, mendesain rancangan bangunan atau arsitektur dapat dikenalkan kepada anak sejak dini. Sebab, banyak manfaat yang didapat buah hati saat mereka mengenal bangunan. Apa saja?

ARSITEKTUR tidak hanya berpatok pada gambar bangunan. Seni mendesain juga diutamakan ketika merancang sebuah bangunan. Hal tersebut dapat diajarkan kepada buah hati sejak dini dengan menjadikannya terasa lebih menyenangkan.

Sebenarnya arsitektur mudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, di sekeliling kita, beraneka bentuk bangunan terpampang. Ada masjid, gereja, gedung perkantoran, sekolah, dan bangunan rumah.

Semua bangunan itu tidak dapat dilepaskan dari pandangan mata anak-anak sehari-hari. Banyak manfaat saat anak mulai tertarik dengan bentuk bangunan. Ketertarikan seorang anak pada sesuatu bisa dilihat dari aktivitas keseharian.

Buah hati umumnya akan melakukan hal yang disukai secara berulang-ulang. Bila tertarik dengan desain bangunan, misalnya, secara tidak sadar anak bakal lebih suka menggambar sebuah bangunan daripada gambar lainnya.

Lebih yakin lagi, orang tua dapat memberikan semacam tes tentang ketertarikan anak pada bangunan. Kemampuan anak tersebut bisa ’’diterawang’’ dengan beberapa tes sejak usia sekitar tiga tahun. Tes itu terdiri atas menggambar dan menganalisis beberapa bangunan.

Jika anak dikatakan lolos dari tes, kemampuannya dapat lebih diasah dalam sekolah arsitektur. Hal itu dipercaya ampuh. Jadi, cita-cita anak bisa terarah dengan baik sejak dini.

Agar maksimal, materi dibedakan berdasar usia anak. Diharapkan, anak memperoleh materi sesuai dengan kemampuan usianya. Pembagian tersebut, antara lain, usia 3–4 tahun, 4–6 tahun, 7–9 tahun, 10–15 tahun, dan 16–18 tahun. Makin tinggi usia anak, tingkat pembelajarannya kian sulit. Tahap demi tahap, anak dapat menyerap ilmu tersebut secara maksimal.

Misalnya saja, saat berumur 3–4 tahun, anak akan memperoleh penekanan dalam hal kemampuan bentuk (shapping). Tujuannya, mengasah motorik anak. Pada tahap selanjutnya, anak mulai diperkenalkan tentang warna dan bentuk standar bangunan. Misalnya, bentuk masjid yang dihiasi bulan sabit. Atau, bentuk bangunan gereja yang selalu didampingi dengan tanda salib.

Selain itu, ketika anak belajar bangunan, kemampuannya atas ketelitian, analisis, dan keterampilan terasah dengan baik. Anak juga dilatih bekerja sama dan interaksi dengan teman sekitar lewat kerja kelompok.

Semua hal tersebut tentu saja bisa dicapai bila diimbangi dengan kemauan anak secara sadar, tanpa paksaan orang sekitar. Lebih lanjut lagi, anak dapat diajarkan tentang konsep arsitektur lebih mendalam sampai tahap usia SMA.

Kalau anak belajar arsitektur tidak dimulai sejak usia dini, Vina tetap pada kesepakatan awal. Pembelajaran diberikan sesuai dengan tahap usia anak tersebut. Contohnya, bila mulai belajar saat usia SD, anak langsung mendapat pembelajaran tentang konsep dan bentuk bangunan.

Karena itu, makin dini anak belajar arsitek, kian banyak pula pemahaman yang diperoleh. Selain itu, anak mampu menyerap lebih cepat. 

Sumber: jawapos.com

You need to Login or Register to post a review


Recommended Hotels & Restaurants


You need to Login or Register to ask a questions


You might also like this place

Download Our Apps